KEBIJAKAN INTRODUKSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

Zulkifli Poli, Jantje F. Paath, Lentji R. Ngangi, Femi H. Elly

Abstract


Teknologi Inseminasi Buatan adalah suatu teknologi yang berkembang saat ini dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak sapi. Teknologi telah dikenal oleh masyarakat bahkan beberapa petani telah mengadopsi teknologi tersebut. Permasalahannya belum semua petani dapat memanfaatkan teknologi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sejauhmana kebijakan pemerintah dalam menerapkan teknologi Inseminasi Buatan. Metode penelitian adalah metode survei dengan teknik pengambilan data yang digunakan adalah metode PRA. Lokasi sampel ditentukan secara purposive yaitu kecamatan yang telah memanfaatkan teknologi Inseminasi Buatan. Responden adalah peternak yang telah memanfaatkan teknologi Inseminasi Buatan. Responden kunci adalah pejabat Dinas Pertanian Peternakan dan Inseminator. Analisis data adalah deskriptif. Ternak sapi di wilayah penelitian menjadi unggulan masyarakat sebagai sumber pendapatan mereka. Pengembangan ternak sapi ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya lokal. Strategi dan kebijakan pemerintah dalam mendorong peningkatan populasi ternak sapi adalah dicanangkan kebijakan optimalisasi inseminasi buatan. Pemerintah juga membuat kebijakan penyediaan sarana prasaran diantaranya tersedianya pos Inseminasi Buatan yang layak untuk tiap satu kecamatan. Kebijakan yang lain adalah mengadakan pelatihan inseminator. Kebijakan ini direspon baik oleh petani sapi potong. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kebijakan introduksi Inseminasi Buatan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi potong. Petani yang telah mengikuti program Inseminasi Buatan 100 persen menghasilkan anak. Saran perlu sosialisasi kebijakan yang telah dicanangkan pemerintah.

 

Kata kunci : Kebijakan, introduksi, teknologi, inseminasi buatan

ARTIFICIAL INSEMINATION TECHNOLOGY  INTRODUCTION POLICY

Artificial Insemination Technology was a technology that was developing in order to increase the productivity of cattle. Technology was known to the public and even some farmers had adopted this technology. The problem was that not all farmers can take advantage of this technology. This research was conducted with the aim of examining the extent of government policies in implementing Artificial Insemination technology. The research method was a survey method with the data collection technique used was the PRA method. The location of the sample was determined purposively, namely the districts that had used Artificial Insemination technology. Respondents were farmers who had used Artificial Insemination technology. Key respondents were officials from the Department of Agriculture, Livestock and Inseminators. The data analysis was descriptive. Cattle in the research area were the community's leading sources of income. Cattle development was supported by the availability of local resources. The government's strategy and policy in encouraging an increase in the population of cattle was the implementation of an artificial insemination optimization policy. The government had also made a policy for providing infrastructure, including the availability of appropriate Artificial Insemination posts for each district. Another policy was to hold inseminator training. This policy had been responded well by cattle farmers. Based on the results of the study, it can be concluded that the introduction of Artificial Insemination policy helps farmers in increasing the productivity of cattle. Farmers who had followed the Artificial Insemination program 100 percent produce calves. Suggestions need to socialize policies launched by the government.

 

Keywords: Policy, introduction, technology, artificial insemination


Full Text:

PDF

References


A. Sodiq, Suwarno, F. R. Fauziyah, Y. N. Wakhidati dan P. Yuwono. Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong di Pedesaan dan Strategi Pengembangannya. Agripet, 17.1 (2017) : 60-66.

I. Ridwan, A. Dollo dan A. Andriyani. Implementasi Pendekatan Participatory Rural Appraisal pada Program Pelatihan. Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 3.2 (2019) : 88-94.

S. Rusdiana dan L. Praharani. Pengembangan Peternakan Rakyat Sapi Potong: Kebijakan Swasembada Daging Sapi dan Kelayakan Usaha Ternak. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 36.2 (2018) : 97-116.

BPS Bolaang Mongondow Utara. Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka. Boroko, Bolaang Mongondow Utara (2020).

Suprianto dan Djuliansah. Kajian aplikasi teknologi inseminasi buatan dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya. Mimbar Agribisnis, 1.3 (2016) : 211-226.

I.M. Mulyawati, D. Mardiningsih, dan S. Satmoko. Pengaruh umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah ternak peternak kambing terhadap perilaku sapta usaha beternak kambing di Desa Wonosari Kecamatan Patebon. Agromedia. 34.1 (2016) : 85-90.

Ediset dan E. Heriyanto. Posisi status sosial ekonomi peternak sapi potong dalam proses adopsi bioteknologi reproduksi di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Jurnal Peternakan Indonesia (JPI), 22.1 (2020) : 56-65.

N. B. Tarmizi, Dasrul, G. Riady. Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) pada sapi aceh menggunakan semen beku sapi Bali, Simental, dan Limosin di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Jimvet, 2.3 (2018) : 318-328.

S.H. Purnomo. E. T. Rahayu dan S. B. Antoro. Strategi pengembangan peternakan sapi potong rakyat Di Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri. Buletin Peternakan. 41. 4 (2017) : 484-494.

N.T. Widjaja. Akhdiat, D. Purwasih. Pengaruh Deposisi Semen Terhadap Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) Sapi Peranakan Ongole. Sains Peternakan, 15.2 (2017) : 49-51.

B.M.W. Tiro. Kinerja reproduksi induk sapi sebelum dan sesudah pendampingan pada Kelompok Tani Lembu Agung, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke. Jurnal Ilmiah Inovasi, 17.2 (2017) : 86-91.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.