Resiliensi Pada Penyintas Kehilangan Bunuh Diri

Misly Megautari Putri, Misly Megautari Putri

Abstract


Penyintas kehilangan bunuh diri seringkali mengalami rasa luka yang mendalam, beragam emosi yang berkecumuk di hati ditambah dengan tekanan sosial dari lingkungan sekitar, sehingga seringkali tidak mudah dilalui kondisi tersebut mengharuskan penyintas kehilangan bunuh diri memilik resiliensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  gambaran resiliensi pada penyintas kehilangan bunuh diri di Toraja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini adalah tiga penyintas kehilangan bunuh diri yang merupakan keluarga terdekat korban bunuh diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehilangan karena bunuh diri memberikan respon yang berbeda-beda yakni syok, takut, bertanya-tanya, menyalahkan dan tidak percaya. Terdapat empat fase resiliensi yang dilalui ketiga responden yaitu deteriorating, adapting, recovering dan growing. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam meregulasi emosi dan melewati setiap fase. Dukungan sosial memiliki peran penting bagi ketiga responden untuk dapat mencapai fase growing. Waktu yang dibutuhkan untuk bangkit dari keterpurukan minimal enam bulan. Implikasi penelitian ini yaitu dapat menjadi referensi bagi seluruh pembaca atau penyintas kehilangan bunuh diri untuk bangkit dari keterpurukan.




DOI: https://doi.org/10.32487/jshp.v9i2.2279

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Web
Analytics Visitor Stats

JSHP: Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License